Selasa, 31 Mei 2011

Latar Belakang Kemunculan Khawarij


       Latar Belakang Kemunculan Khawarij
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang bererti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H/ 648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sofyan. Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada dipihak yang benar, karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibaiat mayoritas umat Islam sementara muawiyah berada dipihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah. lagi pula berdasarkan estinasai Khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang hampir diraihnya itu raib.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu, terutama ahli qurra seperti Al-as’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-tamimi, dan Zaid bin Husain Ath-Thai, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk menghentikan peperangan.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)nya,tetapi orang-orang Khawarij menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, dan mengangkat orang Khawarij. Mereka membelot dan mengatakan,”Mengapa kalian berhukum pada manusia.Tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah.”  Imam Ali menjawab, ” itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan keliru.” Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Kadang-kadang mereka disebut dengan syurah dan Al-mariqoh.
Penamaan kelompok yang dikenal radikal dan ekstrim baik dalam pemahaman maupun tindakan keagamaannya ini tampaknya dikaitkan dengan sejarah kemunculannya yang dipicu ketidaksepakatan mereka atas cara penyelesaian konflik melalui tahkim antara kubu Ali dan Muawiyah karena dinilai menyelisihi apa yang telah diperintahkan oleh Allah dalam al-Qur’an.
Bagi mereka, hukum haruslah dikembalikan kepada pesan al-Qur’an dan bukannya kepada akal manusia yang ikut berpartisipasi dalam diplomasi. Mereka meneriakkan slogan “tidak ada hukum kecuali hukum Allah” (la hukma illa lillah). Sikap politik ini lantas berkembang menjadi pengkafiran terhadap para sahabat yang menerima tahkim dan pengabsahan tindakan kekerasan bahkan pembunuhan terhadap mereka yang tidak sependapat.
Khawarij kemudian mengembangkan doktrin bahwa hak menjadi khalifah tidak hanya terbatas milik bangsa Arab atau keturunan suku Quraysh, tetapi dikembalikan kepada pilihan merdeka kaum muslimin. Pandangan ini tentu berbeda dengan pandangan kelompok Ahl al-Sunnah maupun pandangan kelompok Syiah. Mayoritas sekte dalam aliran Khawarij berpaham tentang wajibnya mengangkat imam, kecuali Najdat. Aliran ini berpendapat bahwa mengangkat imam tidak wajib, tetapi yang wajib adalah penegakan kebenaran dan keadilan yang menjamin setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya. Khawarij juga berkeyakinan bahwa perbuatan ibadah merupakan bagian daripada iman, sehingga siapapun yang mengabaikannya atau berbuat dosa besar (kabair) dengan sendirinya telah menjadi kafir. Bahkan mereka juga meyakini bahwa pemikiran atau pendapat yang salah adalah sebuah dosa yang menyebabkan kekafiran. Pandangan-pandangan ekstrim mereka itu sebagian besarnya didasarkan pada dalil-dalil yang dipahami secara tekstual, seperti dalil-dalil berikut ini:
ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العالمين ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون
سباب المسلم فسوق وقتاله كفر لا يزني حين يزني وهو مؤمن ولا يسرق السارق حين يسرق وهو مؤمن ولايشرب الخمر حين يشربها وهو مؤمن

Aliran Khawarij ini ada yang menamakannya dengan sebutan Haruriyah, yakni dinisbatkan kepada Harura, tempat mereka pertama kali melakukan konsolidasi dengan mengangkat Abdullah bin Wahhab al-Rasyidi sebagai imam. Tetapi para pengikut kelompok ini lebih suka menyebut diri mereka sebagai Shurah yang berakar dari kata yashri yang berarti menjual. Maksudnya bahwa mereka adalah kelompok yang berani menjual atau mengorbankan dirinya kepada Allah.
Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Harura. Di harura, kelomok Khawarij ini melanjutkan perlawanan pada Muawiyah dan juga pada Ali. Mereka mengangkat seorang pimpinan yang bernana Abdullah bin Shahab Ar-Rosyibi.

MANUSIA SEBAGAI OBYEK PENGAJARAN



REVISI MAKALAH

1.      Judul
Judul kurang sesuai dengan ayat yang disajikan, dimana judul pertama manyebutkan nikmat-nikmat Allah tetapi dalam ayat yang di bahas tidak menyebutkan nikmat-nikmat Allah tersebut. Maka dengan itu kami ubah dengan judul “MANUSIA SEBAGAI OBYEK PENGAJARAN”.
2.      Rumusan masalah
Rumusan masalah kurang tepat, maka kami ubah dengan :
a.       Bagaimana peran ilmu Allah terhadap pengetahuan manusia dimana manusia sebagai obyek pengajaran?
b.      Bagaimana pendapat para munfasir terhadap surat Ar-Rahman ayat 1-4?
c.       Bagaimana implikasi surat Ar-Rahman ayat 1-4 terhadap teori pendidikan?
3.    Tafsir Mufrodat
Tafsir mufrodat tidak ada footnote dan referensi kurang, maka kami beri footnote dan menambah referensi.
4.    Munasabah ayat
Munasabah ayat kurang benar karena cara penghubungannya dengan cara per-ayat. Maka kami ubah dengan menghubungkan semua ayat (surat Ar-Rahman ayat 1-4) dengan ayat lain yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 dan surat Al-Baqarah ayat 31.
5.    Grand teory
Karena rumusan masalah kami ubah, maka grand teory juga kami ubah. Berisi tentang jawaban dari rumusan masalah, dan di tambah dengan pengertian manusia dan pengajaran.
6.    Kesimpulan
Karena sudah ada pesan moral, maka kesimpulan tidak perlu di cantumkan. Sehingga kesimpulan kami hapus dan hanya menjelaskan pesan moral dalam bentuk butir-butir.




Manusia sebagai Obyek Pengajaran

ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ   zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ   šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ   çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ  
Artinya:  1. (Tuhan) yang Maha pemurah. 2. Yang telah mengajarkan Al Quran. 3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajarnya pandai berbicara.

A.    Latar Belakang
Ar-Rahman artinya Maha Pemurah, Pengasih, dan juga Tuhan Pemurah. Dengan membaca ayat ini pada permulaan, yaitu menyebut sifat Allah yang utama, yaitu Ar Rahman yang terbayang terlebih dahulu adalah betapa kasih Allah, sayang Allah dan betapa  pemurah Allah pada alam seluruhnya.[1]
Kasih utama kepada insan ialah karena insan itu tidak dibiarkan terlantar sia-sia, melainkan mereka dikeluarkan daripada gelap gulita kepada terang benderang, terutama sifat Ar-Rahman illahi itu ditampakkan dengan mengajarkan Al-Qur’an dan penciptaan manusia yang tidak akan disia-siakan dan tidak akan ditelantarkan. Dan manusia pun diajarkan bercakap, menerangkan isi hatinya sehingga dia dapat menerangkan apa yang terasa di hatinya kepada manusia yang lainnya. Begitu banyak makhluk Allah ta’ala dalam dunia ini, namun yang sanggup mengutarakan apa yang terasa di hatinya dengan lisannya hanyalah manusia. Makhluk Allah yang lain tidak ada yang mempunyai kesanggupan demikian.[2]
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila dia dapat menjelaskan perubahan perilakunya, dimana dalam kaitannya dengan surah Ar-Rahman bahwasanya dengan nikmat diajarkannya Al-Qur’an manusia dapat memahami dan merespon hukum-hukum alam untuk meluruskan  perilakunya. Dengan diajarkannya berbicara timbul tenaga berfikir dan timbul tenaga dan keahlian menyatakan apa yang dapat dipikirkan itu dengan kata-kata, dengan lidah, adalah semua itu tidak lepas dari adanya peran Allah SWT terhadap pengetahuan manusia.
            Dari uraian diatas kita bisa mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana peran ilmu Allah SWT terhadap pengetahuan manusia, dimana manusia sebagai obyek pengajaran?
  2. Bagaimana pendapat para mufassir terhadap surat Ar-Rahman ayat 1-4?
  3. Bagaimanakah implikasi surah Ar-Rahman 1-4 terhadap teori pendidikan?

Tujuan dan Alasan di tetapkannya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Tujuan dan Alasan di tetapkannya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
Menurut direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah (2000) MPMBS bertujuan untuk  memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang, keluwesan, sumberdaya untuk meningkatkan mutu Sekolah. Dengan kemandiriannya diharapkan:
  1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya. Untuk kemudian dapat mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah.
  2. Sekolah dapat menge,bangkan sendiri program-program sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah.
  4. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan[1]
Alasan ditetapkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Menurut Depdikbud (2000) yaitu :
  1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
  2. Dengan pemberian fleksibelitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya, maka sekolah akan lebih liwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu Sekolah.
  3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah.
  4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya. Khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan diyagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
  6. Penggunaaan sumber daya pendidikan yang lebih efisien dan efektif bila mana dikontrol oleh masyarakat setempat.
  7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat.
  8. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didikdan masyaraka pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
  9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inotatif dengan dukungan orag tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat
  10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat[2].


[1]  Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari sentralisasi menuju Desentralisasi, 84-86
[2] Manajemen Peningkatan mutu Berbsis sekolah, http:/// Pak guru.online, pendidikan, diakses pada tanggal 10 april 2011

Hakikat manusia menurut para filosof



Hakikat manusia menurut para filosof
Socrates mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya ialah belajar tentang manusia. Kalimat ini sangat mendasar. Manusia mengatur dirinya, dia membuat peraturan untuk itu, manusia mengatur alam dan ia membuat aturan untuk itu, manusia mengurus dirinya dan alam berdasarkan manusia itu sendiri. Manusia adalah sentral segalanya. Jadi wajar jika manusia semestinya mengenali siapa manusia itu sebenarnya.
Socrates (470-399 SM), orang Athena mengungkapkan pemikirannya tentang manusia dihadapan murid-muridnya. Sarlito (1978:30) mencatat sebagian pendapat Socrates tentang manusia. Dikatakan antara lain bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Menurut Socrates, manusia itu bertanya tentang dunia dan masing-masing mempunyai jawaban tentang dunia. Tetapi, demikian Socrates seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakan. Karena itu perlu ada orang lain yang membantu orang itu mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Perlu ada seseorang membantu orang itu melahirkan ide yang ada dalam manusia tersebut.
Berdasarkan pendapatnya itu, Socrates sering berjalan-jalan ditengah kota, dipasar, untuk berbicara dengan setiap orang yang dijumpainya untuk menggali jawaban-jawaban yang ada didalam diri orang itu dengan menggunakan metode tanya jawab yang kelaknya disebut metode Socrates (Socrates method). Socrates mengatakan adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ia ingin mengetahui hal-hal diluar dirinya. Menururt Socrates, salah satu hakekat (essence) manusia adalah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang harus membantunya yang bertindak sebagai bidan yang membantu bayi lahir dari rahimnya. Socrates dihukum mati pada tahun 399 SM oleh pengadilan Athena dengan tuduhan bahwa dia telah mempengaruhi pemikiran anak muda dengan pemikiran yang buruk. Socrates dikatakan merusak jiwa anak muda, ia mengajak anak muda memikirkan apa-apa diatas langit dan dibawah bumi, sementara itu, kata orang, socrates itu tidak tahu bahwa didepan rumahnya ada lobang yang ia sering terperosok kedalam lobang itu.
Plato adalah salah seorang murid Socrates. Dilahirkan dari keluarga terpandang di ibukota Yunani, Athena. Ia meninggal tahun 347 SM. Di masa hidupnya ia menikmati kemakmuran ekonomi, kemajuan perdagangan, dan sistem pemerintahan demokratis.
Menururt Plato jiwa manusia adalah entitas nonmaterial yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Dua unsur yang hakiakt ini dijelaskan Plato dengan permislan seorang yang makan kue atau minum sesuatu, ia makan dan ia minum. Ini kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu berbahaya baginya. Karena menikmati kelezatan (kesenangan) itu hakekat, maka rasio sekalipun juga hakekat, tidak sanggup melawannya. Menururt Plato, bila ada konflik batin pada seseorang, pasti terdapat perentangan dua elemen kepribadian pada orang itu, dua elemen yang sering bertentangan tujuannnya. Pada kasus orang yang haus asti ada elemen yang menyebabkan ia ingin minum dan ada elemen lain yang menolak melakukannya, elemen pertama disebut Plato nafsu, bagian kedua disebut rasio. Jadi, dalam pandangan Plato, rasio itu sering berlawanan dengan nafsu (yang menimbulkan kesenangan tadi).
            Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Dalam operasinya, dia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta.
Berdasarkan pendidikan ini maka program pendidikan haruslah memebantu rasio dalam mengendalikan kereta tersebut.
Dalam hal hidup bermasyarakat, Plato berpendapat bahwa hidup bermasyarakat itu merupakan suatu keharusan bagi manusia, manusia tidak dapat hidup sendirian. seseorang yang hidup dipulau sendirian akan sulit hidup, karena aktifitas kemanusiaan seperti persahabatan, bermain, seni, politik, dan berpikir tidak terjadi di pulau itu. Implikasi teori ini adalah setiap manusia harus mempunyai minat dan bakat yang berbeda , dan dari situ akan muncul spesialisasi dan pembagian kerja.
Berdasarkan tiga unsur hakiakt manusia, Plato membagi menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih pengetahuan Kedua, manusia yang didominasi roh yang hasrat utamanya ialah meraih reputasi, dan ketiga, manusia disominasi nafsu yang hasrat utamannya pada materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.
Agaknya Plato telah sampai pada salah satu konsep penting dalam pendidikan tatkala ia menyatakan bahwa masyarakat yang rusak akan menghasilkan individu-individu yang cacat, individu-individu yang cacat itu akan menyumbangkan kesulitan-kesulitan sosial bagi masyarakat. Karena itu stevenson dan habermen (2001:158) menilai Plato sebagai orang pertama yang melihat pendidikan sebagai kunci utama dalam membangun masyarakat.
Rene Descrates (1596-1650) adalah filosofi perancis. Ia amat menenkankan rasio pada manusia. Jadi, sama dengan Plato, Descrates berpendapat bahwa ada dua macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis yang ada pada binatang dan tingkah laku rasional yang ada pada manusia. Ciri rasional pada tingkah laku manusia ialah ia bebas memilih, pada hewan kebebasan itu tidak ada. Karena bebas memilih itulah maka pada manusia ada tingkah laku yang mandiri.
Dalam proses pemilihan itu rasio memegang peranan penting. Bahkan lebih dari itu Descrates berpendapat bahwa berpikir itu sangat sentral dalam manusia, manusia menyadari keberadaannya karena ia berpikir (cogito ergo sum). Sebagai penganut rasionalisme yang sangat fanatik Descrates hanya meyakini bahwa yang itu hanyalah dirinya sendiri karena satu-satunya yang ia ketahui adalah dirinya sendiri, ia memamng melihat benda atau orang lain , tetapi ia tidak yakin benda atau orang itu benar-benar ada seperti adanya dirinya. Ia meragukan segAla sesuatu diluar dirinya.
Sarlito (1978) mencatat pendapat Descrates ang mengatakan bahwa manusia memiliki emosi yang muncul dalam berbagai kombinasi yaitu cinta (love), gembira (joy), keinginan (desire), benci (rage), sedih (sorrow), dan kagum (wonder). Yang terpenting dalam pemikiran Descrates ialah pendapatnya tentang posisi sentral akal (rasio) sebagai esensi (hakikat) manusia.
Thomas hobbes (1588-1629) adalah tokoh aliran empirisme yang terkenal dengan teori mekanis dalam psikologi. Dalam teori mekanisnya ia mengatakan bahwa dalam



sumber: arfiatin .m