Selasa, 04 Oktober 2011

Sejarah Hadist pada masa Sahabat

       Hadist pada masa Sahabat

Piriode kedua sejarah perkembangan hadist adalah pada masa sahabat, khususnya masa Khulafa Al-Rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, Ali bin Abi thalib) Yang berlangsung sekitar tahun 11 H Sampai dengan 40 H.
1.    Menjaga pesan Rosulullah Saw
Pada masa menjelang akhir kerosulannya, Muhammad Saw, berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh pada Al-qur’an dan hadist serta mengajarkan kepada orang lain sebagai mana sabda beliauyang artinya : ”Telah aku tinggalkan untuk kalian 2 macam yang tidak akan sesat bila berpegangan kepada keduanya, yaitu kitap Allah (Al-qur’an) dan sunahku” (H.R Malik) 
Serta sabdanya yang lain :




Artinya : ”Sampaikanlah olehmu apa yang berasal dariku,kendati hanya satu ayat”

Jadi, kesimpulannya pesan-pesan Rosulullah sangat mendalam pengaruhnya kepada para sahabat, sehingga sehingga segala perhatian hanya tercurah semata-mata untuk melaksanakan dan memelihara pesan-pesannya, dan kecintaan para sahabat kepada Rosulullah Saw dibuktikan dengan melaksanakan segala yang di contohkannya.
2.    Berhati-hati dalam meriwayatkan
Kehati-hatian dan membatasi periwayatan dilakukan oleh para sahabat, karena mereka khawatir terjadi kekeliruan. Oleh karena itu para sahabat khususnya Khulafa Al-Rasyidin dan sahabat lain, seperti Al-Zubair, Ibnu Abbas dan Abu Ibaidah berusaha memperketata perawiaan dan penerimaan hadist.
Pada waktu itu menurut Muhammad bin Al-Dzahabi, Abu bakar adalah sahabat yang pertamakali menerima paling hati-hati. Diriwayatkan oleh Ibnu shihab dari Qabishh bin Ziaaib, bahwa seorang nenek bertanya kepada Abu Bakar tentang warisan untuk dirinya. Ketika ia menjawab bahwa hal itu tidak ditentukan hukumnya baik dalam Al-qur’an maupun hadist. Abu bakar lalu bertanya kepada para sahabat. Al-Mughiroh bin Syuaib menyatakan kepada Abu bakar bahwa Rosulullah Saw memberinya waris kepada nenek sebesar seperenam (1/6), namun Abu bakar kemudian meminta supaya Al-Mughirah mengajukan saksi terlebih dahulu baru kemidian hadistnya diterima.
3.    Periwayat hadist dengan lafad dan maknanya
Ada dua jalan para sahabat meriwayatkan hadist dari Rosulullah Saw. Pertama dengan periwayad lafad (redaksinya prsis apa yang disampaikan Rosul Saw ) dan kedua dengan jalan periwayat maknawi (maknanya saja)



          



Tidak ada komentar:

Posting Komentar