Jumat, 04 November 2011

Prinsip-prinsip pembelajaran active learning

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan belajar aktif adalah tingkah laku yang mendasar bagi siswa yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan sebagai keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Sedangkan dalam penerapan belajar aktif, seorang guru harus mampu membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk menemukan serta mengesankan bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan belajar aktif.
Adapun prinsip-prinsip dari pembelajaran aktif adalah:
  1. Prinsip Motivasi
Motif adalah “daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.”1 Kalau seorang siswa rajin belajar, guru hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia berbuat demikian.
Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan dan atau ditingkatkan dalam diri siswa. Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dalam diri dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.

  1. Prinsip Latar atau Konteks
Para guru perlu menyelidiki tentang latar belakang siswa, baik pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru kepada siswa, atau yang dipelajari siswa agar pelajaran dapat dicerna dengan mudah oleh siswa.2

Dalam belajar para siswa mempelajari sesuatu hal yang baru dan mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tak langsung berkaitan. Karena itu, para guru perlu meyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa.
  1. Prinsip Keterarahan kepada Titik Pusat atau Fokus Tertentu.
Agar perhatian murid tidak terpecah dalam materi pelajaran, guru perlu membuat suatu bentuk atau pola pelajaran. Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran.3

Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah, dan para siswa akan sulit memusatkan perhatian. Titik pusat itu dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
  1. Prinsip Hubungan Sosial atau Sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama daripada dikerjakan secara individual.4 Mereka dapat dibagi kedalam kelompok dan kepada setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak.
  1. Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak. Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak bertumbuh semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah kadar berpikir.5
Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan bekerja, mencari, dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. Hal itu akan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para siswa akan bergembira kalau mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya.
  1. Prinsip Perbedaan Perorangan atau Individualisasi
Masing-masing individu mempunyai kecenderungan yang berbeda. Misalnya dalam kadar kepintaran, kegemaran, latar belakang keluarga, sifat dan kebiasaan. Untuk itu para guru diharapkan tidak memperlakukan sama siswa-siswanya, agar kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapatlah ditumbuh kembangkan seoptimal mungkin.6

Jika perbedaan individu siswa dipelajari dan dimanfaatkan dengan tepat, maka kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapat ditumbuhkembangkan.
  1. Prinsip Menemukan
Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi yang telah dimiliki.7 Informasi guru tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar dan ‘memancing’ siswa untuk ‘mengail’ informasi selanjutnya.
Jika para siswa ini diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri informasi itu, maka mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati. Getaran-getaran dalam diri siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan, malah menggairahkan.
  1. Prinsip Pemecahan Masalah
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah.8
Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuan para siswa.
1 Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses.( Jakarta: Gramedia, 1992).10.
2 Zuhairini, Metodologi,. 116.
3 Semiawan, Pendekatan,. 10.
4 Zuhairini, Metodologi,. 117.
5 Semiawan, Pendekatan,. 11.
6 Zuhairini, Metodologi,. 117.
7 Ibid,.
8 Semiawan, Pendekatan,. 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar