Jumat, 10 Juni 2011

LATAR BELAKANG KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM

NG MELATAR BELAKANGI KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
Sepanjang sejarahnya sejak awal dalam pemikiran islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan umat islam. Dari pola pemikiran yang bersifat tradisional, yang selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistik dan mengembangkan pola pendidikan sufi pola pendidikan ini sangat memperhatikan aspek-aspek batiniah dan akhlak atau budi pekerti manusia sedangkan dari pola pemikiran yang rasional yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material.
            Pada masa jayanya pendidikan islam kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam, sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi. setelah pola pemikiran rasional diambil alih pengembangannya oleh dunia barat (eropa) dan dunia islampun tinggal pola pemikiran sufistik, yang sifatnya memang sangat memperhatikan kehidupan batin, sehingga mengabaikan perkembangan dunia material. Dari aspek inilah dikatakan pendidikan dan kebudayaan islam mengalami kemunduran, atau setidak-tidaknya dapat dikatakan pendidikan islam mengalami kemandegan.
            Selanjutnya diungkapkan oleh M.M. Sharif, dalam bukunya muslim thought, bahwa pikiran islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah sampai abad keXVIII M. Diantara sebab-sebab melemahnya pemikiran islam tersebut, antar lain dilukiskannya sebagai berikut:
1.      Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistik) yang dimasukkan al ghozali dalam alam islami di timur, dan berkelebihan pula ibnu rusyd dalam mmemasukkan islamnya (yang bercorak rasionalistis) kedunia islam dibarat al ghazali denga filsafat islamnya menuju kearah bidang rohaniyah hingga menghilang ia kedalam mega alam tasawuf, sedangkan ibnu rusyd dengan filsafatnya menuju kearah yang bertentanga dengan al ghazali. Maka ibnu rusyd dengan filsafatnya menuju kejurang materialisme. al gahzali mendapat sukses ditimur, hingga pendapat-pendapatny merupakan satu aliran yang terpenting. Ibnu rusyd mendapat sukses dibarat hingga pikiran-pikirannya menjadi pimpinan yang penting bagi alam pikiran barat.
2.      Umat islam, terutama para pemerintahannya (khalifah, sultan, amir--amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulannya para pejabat pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memberikan penghargaan  yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada masa menurun melemahnya kehidupan umat islam ini, para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga melupakan pengembangan ilmu pengetahuan.
3.      Terjadi pemberonytakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbiulaknm kehancuran kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembagan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam. Sementara itu obor pikiran islam berpindah tangan ketangan kaum masehi, yang mereka ini telah mengikuti jjejak kaum muslimin yang menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dari pikiran islam itu[1].


[1] M.M.Syarif,Muslim Thought  (Terj.Fuad M.Fachuddin) Diponegoro, Bandung, hal. 161-164.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar