Minggu, 14 Agustus 2011

“READINESS” DALAM HAL BELAJAR


“READINESS” DALAM HAL BELAJAR
1. Penertian dan Prinsip-Prinsip pembentikan Rediness
      Ada orang yang mengatikan readiness sebagai kesipan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seseorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian rediness sebagaii segenap sifat atau kekkuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.
      Rediness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk rediness, yaitu:
1)                                                                     Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi yang menyangkut kelengkapan pribadi seperti: tubuh pada umumnya, alat-alat indra dan kapasitas intelektual.
2)                                                                     Motivasi yang menyangkut kebutuhan pribadi, minat dan tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
      Dengan demikian, Rediness sseorang itu senantiasa mengalami perubahansetip hari sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis dari individuserta adanya desakan-desakandari lingkungan seseorang.
Adapun prinsip-prinsip bagi perkembangan rediness adalah sebagai berikut:
1)                                                              Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk rediness.
2)                                                              Pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
3)                                                              Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan ungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmani maupun yang rohani.
4)                                                              Apabila rediness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembanganpribadinya.
2. Kematangan Sebagai Dasar dari Pembentukan Rediness
      Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola tingkah laku atau pengakuan sosial sangat tergantung pada:
1)                                                                  Pengakuan individu yang bersangkutan terhadap diri sendiri (self concept)
2)                                                                  Pengakuan dari orang lain atau klompoknya. Masing-masing individu mempunyai sikap tersendiri terhadap keadaan fisiknya.
      Perubahan jasmai merupakan bantuan “motor learning”agar pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan ataupun kondisi fisik baru akan memperoleh kematangan sosia, individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengannilai-nilai seerta minat-minat kelompok.
3. Ligkungan atau Kultur Sebagai Penyambung Pembentukan Rediness
      Anak mengalami pertumbuhan fisik mrupaka penyumbang terpenting bagi rediness, akan tetapi kita tidak boleh melupakan, bahwa tidak tumbuh dalam kevakuman. Perkembangan mereka tergantung pada penaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pada pola jasmaniah.
      Dalam perkembangan kehidupan induvidu, lingkungan yang dihadapi atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat melalui beberapa cara, antara lain:
1)                                                              Perluasan paling nyata adalah dalam arah setimulasi fisik anak.
2)                                                              Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektualdan disamping itu pemikirannya meningkat, maka dalam hidupnya banyak terjadi perubahan lingkungan.
3)                                                              Akibat dari keadaan No. 2) diatas, terjadilah perubahan lingkungan didalam kemampuan individumembuat keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar