Sabtu, 13 Agustus 2011

Teori belajar dari Psikologi Behavioristik


Teori belajar dari Psikologi Behavioristik
      Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori belajar yang dipelopori oleh Throndike, Pavlov, Watson, dan Guthire. Mereka masing-masing telah telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan dengan demikian tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan setimulusnya.

·      Skinner’s Operant Conditioning
Skinner menganggap “reword” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinerberpendapat bahwa tujuan pesikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
              Skiner membagi dua jenis respon dalam belajar yakni:
              1. Respondent : respon yang terjadi karena stimulus khusus, misalnya pavlov.
              2. Operan : respon yang terjadi karena stimulus random.
Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon terhadap setimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap setimulus, guru tak mungkin dapat membimbing tingkahlakunya kearah tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah di rumuskan.
·      Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reword” dan “reinforcement”. Menurut pendapat mereka, tingkah lakku seseoarang senantiasa didasarkan pada kognitisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperolrh “insigt” yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan untuk pemecahan  masalah.
·      Teori Belajar “Cognitve Field” dari Lewin
Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar “cognitive field” denagan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing masing individu sebagai berada didalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut “life sepace”. “Life sepace” mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang ia jumpai, objek matriil yang ia hadapi,serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia milik dan tingkah laku berubah akibbat dari struktur kognitif.
·      Teori belajar “cognitive Developmental” dari Piget
           Dalam teorinya, Piget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. menurut piget pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Ia juga menyatakkan bahwa anak juga harus berperan aktiv dalam kelas. Menurut piget intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:
a)    Struktur, disebut juga scheme yaitu pola tingkah laku yang dapat diulang.
b)   Isi, yang disebut dengan content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
c)    Fungsi, disebut juga function, yang berhubungan dengan cara sesorang mencapai kemajuan intelektual.
·      Jerome Bruner dengan Discovery Learning-nya
           Dalam teorinya, dimana murid menggorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir, dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajarisemua bahan / informasi itu.
The act of discofery dari Bruner:
a.       Adanya suatu kenikmatan didalam potensi intelektual.
b.      Ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik
c.       Murid yang mempelajari bagaimana menemukan, berarti murid itu menguasai metode discoovery learning.
d.      Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar