Senin, 31 Januari 2011

Als ik eens Nederlander was, Andai aku seorang Belanda

Als ik eens Nederlander was
Andai aku seorang Belanda
Dalam surat –surat kabar, kini secara ramai-ramai dianjur-anjurkan , supaya diadakan perayaan di Hindia Belanda ini, perayaan kemerdekaan Nederland seratus tahun, rupa-rupanya segenap penduduk negeri ini diharuskan mengetahuinya, bahwa tepat dalam bulan November y.a.d ini Nederland menjadi kerajaan kembali dan rakyatnya menjadi bangsa lain merdeka dan berdaulat, sekalipun dalam barisan Negara-negara yang merdeka berdiri paling belakang.
Di pandang dari sudut pengertian yang layak, memang dapatlah orang membenarkan hajat merayakan peristiiwa nasional yang tersebut itu,bukankah seharusnya kita menghargai kecintaan dan penghormatan orang-orang Belanda terhadap negerinya sendiri, dengan phlawan-pahlawannya?! Peringatan yang dimaksud adalah wujud rasa kebangsaan, bahwa satu abad yang lalu Nederland berhasil melemparkan penjajahan asing dan menjadi suatu bangsa sendiri..
Saya dapat menempatkan diriku di dalam rasa-batinnya para patriot Belanda sekarang, yang berkesempatan mengadakan perayaan yang mulia itu, karena saya sendriri adalah orang patriot , dan seperti orang –orang Belanda yang berhaluan nasional dan mencintai tanah tumpah darahnya itu, akupu mencintai juga tanah airku sendiri , lebih dari pada yang dapat saya lahirkan dengan kata-kata.
Alangkah gembiranya, alangakah bahagianaya, oarng dapat memeperingati peristiwa yang maha penting itu! Alangakah senagnya rasaku, apabila aku untuk sebentar saja dalam angan-anganku jadi seorang Nedrelander! Bukan nederelander menurut Staatsblad, namun Nederlander benar-benra dalam arti kata putra asli dari groot Nederland yang berdarah murni.
Dalam angan- angan yang demikian aku akan bersorak dengan rasa yang serba riang. Kalau dalam bulan November nanti datang bulan yang kunanti-nantikan itu, hari perayaan kemerdekaan. Aku akan berteriak-teriak gembira sambil melihat berkibar-kibarnya sang tri warna, bnedera Nederland dengan pita lampiran berwarna oranye itu. Tak jemu-jemu akan menyanyikan kagu –lagu kebangsaanku wihelmus dan wien Nederlands blud pada tiap-tipa saat music akan melagukannya.
Aku mungkin akan besar kepala karena perayaan-perayaan kegembiraan itu; aku akan berterimakasih terhadap tuhan di gereja-gereja Kristen akan kebaikan-Nya. Aku berdo’a kepada tuhan semoga kekuasaan Nederland, juga ditanah-tanah jajahannya, tetap ada dan tetap mempertahankan kebesaran Nederland dengan kekuataan raksasa yang ada di negeri-negeri jajahan itu kepada semua orang Belanda di insulinde ini aku akan meminta bantuan uang, tidak saja untuk membiyai perayaan tersebut, namun pula untuk membantu “rencaana tentara laut” –nya Collijn, yang amat giat berusaha memperthankan kemerdekaan Nederland itu; aku akan.....ya, entah aku seakan-akan merasa mungkin berbuat apa saja, kiraku.
Tetapi, tidak betullah itu! Andai aku seorang Nederlander, tidaklah aku akan sampai hati untuk begitu, benar aku akan mengharap-harap supaya perayaan-perayaan kemerdekaan tadi dilakuakn seluas-luasnya, namuan tidakkah aku menyetujui, apabila rakyat di negri ini akan ikut serta dalam perayaan-[erayaan itu aku aka memagari tempat-tempat perayaan, agar tidak seorang bumi putra dapat melihat kegembiraan kita yang meluap-luap dalam kita memperingati hari kemerdekaan kta itu.
Menurut rasaku adalah sedikit banyak tidak sopan, memalukan dan kurang beradat, kalau kita (aku masih seorang Nederlander dalam angan-anganku) mengajak orang-orang bumiputra turut bergembira merayakan Negara dan bangsaku . pertama kali pastilah kta akan menyinggung rasa kehormatannya, karena kita dinegeri tumpahdarahnya yang kita jajah, memeringati kemerdekaan kita. Kita bergembira ria, karena seratus tahun yang lalu kita dimerdekakan oleh penguasa asing; dan ini akan berlangsung dan dengan dilihat oleh mereka yang kini masih kita jajah itu, dan tentunya mengharap-harapkan akan perayaan kemerdekaan, yang seperti yang kini akan kita langsungkan itu?!
Atau kita mengirakah, bahwa para inlander tadi sudah mati sama sekali perasaan batinnya , segabagi akibat politik penjajahan kita. Yang menekan dan mematikan hati mannusia itu? Jika begitu maka kita pasti akan menyaksikan kegagalan politik yang sedemikian itu, sebab tiap-tiap rakyat, bahkan belum beradab pun sebetulnya menyangkal akan kebenaran setiap bentuk penjajahan dimuka bumi ini.
Andai aku seorang Nederlander, tidaklah aku akan merayakan pesta kemerdekaan bangsaku dinegri yang rakyatnya tidak kita beri kemerdekaan. Sesuai dengan laku pikiranku itu maka sesungguhnya tidak saja tidak adil, namun tidak patut pula rakyat dinegri ini kita mintai bantuan uang guna membayai pesta-pesta kita itu. Kita sudah menghina mereka, berhubung dengan sifat peringatan kemerdekaan Nederlan, disampingitu kita mengosongkan uang dikantong uangnya. Sungguh-sungguh penghinaan moral dan material. Mengharap-harpkan keuntungan apakah kita dengan mengdakan pesta -pesta tadi dinegri kita ini? Kalau untuk merupakan pernyataan kegembiraan nasional, maka sungguh bodohlah kita mengadakan perayaan itu di negri yang terjajah.
Orang melukai perasaan rakyat disisni. Ataukah orang memang bermaksud mewujudkan propaganda politik secara besar-besaran? Di waktu ini , dimana rakyat sedang berusaha menjadi bangsa, dan kini masih waktu dalam permulaan kesadaran, adalah salah belaka, apabila kita memebri contoh atau petunjuk bagaimana caranya nanti mereka akan merayakan kemerdekaannya. Orang mengobar-ngobarkan hawa nafsu serta keinginan rakyat yang tidak disadari, terhadap cita-cita kemerdekaan dan kemungkinana dataangnya. Tidak dengan sengaja seolah-olah kita berteriak-teriak:" Lihatlah hai orang-orang , bagaimana cara kita memeperingati kemerdekaan kita ; cintailah kemerdekaan , karena sesungguhnya bahagialah rakyat yang merdeka, terlepas dari penjajahn!"
Kalau nanti bulan novemeber tahun ini sudah silam , maka terbuktilah kaum kolonis telah melalkukan poitik yang berbahaya , segala akibat adalah tanggung jawab mereka . Aku tidak akan suka ikut bertanggungjawab , sekalipun seorang Nederlander. Andai aku seorang Nederlander, pada saat ini juga aku akaan memprotes hajat mengadakan peringtan itu, aku akan menulis disurat-surat kabar , bahwa hajat itu salah: aku akan mengingatkan kawn-kawanku se-kolonie , bahwa berbahayalah diwaktu ini mengadakan perayaan-perayaan kemerdekaan itu; aku akan menasehatkan sekalian orang Belanda supaya janganlah menghina rakyat Hindia Belanda , yang kini mulai menunjukkan keberanian dan mungkin akan berani bertindak pula; sungguh aku akan protes dengan segala kekatan yang ada padaku.
Tapi.... aku bukan seorang Nederlander; aku hanya seorang putra dari negri ini , seorang inbording dinegri jajahan Nederland ini ; karena iu aku tidak akan protes . Sebab kalau aku protes pastilah aku akan dimarahi; aku akan menghina rakyat nederland ini; dan aku akan menjauhkan diri dari mereka yang kini berkuasa dinegri ini . Dan itu bukanlah yang kuhendaki.
Seandainya aku seorang Nederlander, pun aku juga tidak akan suka menghina rakyat dinegri ini bukan?! Juga aku akan akan didakwa bertindak kurang ajar terhadap sri baginda maharaja ; dan ini akan dianggap sebagai kesalahan yang sangat besar bagi seorang hamba ; kesalahan karena tidak taat kepada sri baginda. Karena itu aku tidak akan protes . Sebaliknya aku akan ikut serta dalam peayaan tadi..
Kalau nanti ada pengumpulan uang aku akan memberi derma , meskipun untuk itu aku akan terpaksa mengurangi biiaya hidupku dengan separohnya. Aku wajib sebagai inlander dinegri jajahan nederland ini , untuk ikut meramaikan perayaan hari kemerdekaan nederland, yakni: negri dari tuan-tuan kita , aku akan mengajak segenap bangsaku yang juga menjadi hamba dari kerajaan nederland, untuk ikut meraaakan hari kemerdekan tadi, karena sekalipun perayaan itu semata-mata kepentingan Belanda, namun kita akan dapat kesempatan untuk merayakan perasaan kesetiaan kita. Jadi,, kita akan mmengdakan "demonstrasi kesetiaan". Alangkah besarnya rasa kebahagiaan kita.
Syukur alhamdulillah , aku bukan seorang Nederlander! Cukup sekian dan marilah sekarang kitameninggalkan sikap menyindir - nyindir itu. Seperti sudah saya sebut pada permulaan karangan ini , hajat merayakan " seratus tahun kemerdekaan nederland" itu menunjukkan kesetiaan rakyat Belanda kepada tanah airnya. Terhadap orang-orang Belanda itu saya tidak akan iri hati berhubunngdengan rasa kebahagiaan yang akan mereka rasai dengan peringatan nasional mereka itu.
Tapi,, yang dalam pada itu sangat melukai perasaan saya ialah bahwa untuk sekian kalinya rakyat disuruh ikut membiayai usaha, yang sama sekali bukan kepentingannya. Akan memberi keuntungan apakah perayaan yang kita harus ikuti membiayai itu? Bagi mereka sedikitpun tak ada . Sebaiknya bagi kita ada kuntungannaya , petama; niat perayaan kemerdekaan tadi mengingatkan kepada rakyat , bahwa" nederland yidak akan memberikan kemerdekaan kepada kita", Artinya selama Gognor jendral Idenbirg berkuasa sebagai wali negara.
Kedua : hajat perayaan itu meberikan pelajaran kepada kita , bahwa tiap-tia orang wajib memperingati hari perayaan kemerdekaan rakyatnya dengan sehikmat-hikmatnya.
Berhubung dengan itu saya sangat menyetujui buah pikiran yang baru-baru ini dimuat dalam harian kaoem moeda dan De Express supaya di Bandung., dimana hajat perayaan kemedekaan timbul dan kemudian menjadi tempat kedudukan hoofd-comitee-nya, nantinya kita mendirikan panitia nasional dari orang-orang bangsa kita terkemuka, dengan maksud pada hari perayan kemerdekaan Nederland itu, mengirim telegram pernyataan selamat kepada ratu nederland, dalam mana dengan kuta akan didorongkan: a. Pembatalan artikel 111 R.R. Dan b. Segera dibentuknya parlemen.
Hasil dari pada permintaan itu , lebih-lebih yang mengenai bagian yang terakhir , disini tidak akan saya bicarakan; yang penting ialah artinya , yang pasti akan sangat berharga. Permintaan keras yang akan dimmaksudkan itu sendirinya mengandung protes , bahwa hingga kini rakyat sama sekali tidak diberi hak untuk membicarakan soal-soal politik. Dengan perkataan lain , bahwa kita sama sekali tidak diberi hak untuk bercita-cita kemerdekaan . Rakyat yang cinta kemerdekaan, seperti rakyat nederland yang akan merayakan kemerdekaanny itu, harus membenarkan permintaan panitia kita ini.
Tentang anjuran yang bertali dengan pembentukan parlemen , anjuran itu dengan nyata mewujudkan keinginan rakyat untuk diberi hak suara, bagaimanapun nanti caranya . Ini perlu sekali . Diaman sifat kebangunan rakyat dengan jelas membuktikan cepatnya perkembangan kearh kemerdekaan, maka mungkin sekali, rakyat yang kini masih dijajah itu, nanti akan melampaui pembatasan-pembatasan yang diadakan oleh pihak yang berkuasa.
Bagaimana nanti? Bagaimana kalau 40 juta orang -orang yang telah saadar nanti minta perhitungan kepada sejumlah 100 orang yang menduduki tweede-kamer yang disebut perwakilan rkyat itu? Apakah mereka akan sekonyong-konyong melakuaka kapitulasi nanti, bila saat memunncak menjadi krisis?
Sebenarnya ada aneh sekali , panitia kita tidak menedesakan akan adanya parlemen , oleh pemerintah hindia Belanda hanya secara ragu-ragu kita bolehkan ikut memerhatkan soal diwujudkannya soal sebuah badan perwkilan, yang sifatnya kolonial , yang didalamny mungkin-mungkin sekali hanya diduduki orang-orang yang diangkat oleh pemerintah dan nantinya akan dianggap wakil-wakil kita didalam dewan yang akan disebut Koloniale raad itu; sama hal dan keadaannya dengan gameenteraden yang ada. Dan sekarang panitia tersebut mengjukan usul yang hebat, yaitu tak kurang dan tak lebih dari pada dibentuknya parlemen.
Rupa- rupanya panitia kita hanya mengutamaakan sifat-sifat pokoknya , yaitu protes saja, belum mementingkan bagaimana nanti akan hasilnya, bukankah menarik perhatian, bahwa justru pada hari kemedekaan bangsa Belanda panitia memajukan permintaan kepada raja putri Belanda, untuk mengakhiri penjajahan nederland terhadap rakyat yang 40 juta kebanyakan itu,\. Itulah pengaruh yang kini sudah timbul, pengaruh dari pada niat atau hajat mengadakan perayaan kemerdekaan, yang sedang dipersiapkan itu.
Sungguh, seandainya saya seorang Nederlander, tidaklah saya akan merayakan peringatan di negri yang masih terjajah. Lebih dahulu berilh kemerdekaan kepadaa rakyat yang masihkita kuasai, barulah boleh orang memperingati kemerdekaan sendiri.
sumber: http://santrikuliah.blogspot.com/2010/04/als-ik-eens-nederlander-was-andai-aku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar