Jumat, 05 November 2010

Proses Terjadinya Alam Semesta Menurut Teori Barat

Proses Terjadinya Alam Semesta Menurut Teori Barat
    Proses terjadinya alam semesta yang diungkapkan para ilmuan baru merupakan teori yang meskipun sudah banyak penelitian, namun tetap masih dalam tingkat teori saja.
    Teori terjadinya alam semesta secara garis besar menurut barat adalah sebagai berikut:
    Teori dentum atau teori ledakan. Teori ini mengutarakan bahwa adanya suatu massa yang sangat besar di jagat raya dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebatnya akibat adanya reaksi inti. Massa yang meledak itu kemudian berserakan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat ledakan atau inti ledakan. Setelah berjuta-juta tahun, massa yang berdasarkan itu berbentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang relatif kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang kita kenal sebagai galaksi. Kelompok galaksi ini terus bergerak menjauh titik intinya.
    Teori ekspansi dan kontraksi. Teori ini diambil berdasarkan adanya suatu siklus dari alam semesta yaitu masa ekspansif dan masa kontraksi. Dalam jangka waktu 30.000 juta tahun dalam masa ekspansi terbentuklah galaksi beserta bintang-bintangnya. Ekspansi tersebut didukung oleh adanya tenaga yang bersumber dari unsur lain hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, terjadi galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup, sehingga unsur-unsur yang terbentuk menyusut dengan menimbulkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi. Teori ekspansi dan teori kontraksi menguatkan asumsi bahwa partikel tersebut berasal dari paralel yang ada pada zaman dahulu kala.
    Namun demikian ada juga yang mengemukakan teori keadaan tetap. Yang mengemukakan bahwa alam semesta terus-menerus dalam keadaan tetap, tidak berawal dan tidak berakhir. Di antara yang mengemukakan teori ini adalah Fred Hoyle, Herman Bondi, dan Thomas Gold.
    Adapun proses terjadinya bumi dan sistem tata surya. Menurut beberapa ilmuan adalah:
1.    Immanuel Kant, 1724-1804
Pada tahun 1775 dalam bukunya Allgemeine naturgeschichte und theorie des himmels nach newtonisshen grundsatzen behandell (sejarah umum dan teori tentang tata surya berdasarkan hukum Newton). Immanuel Kant, jika bumi (planet-planet serba bintang) memang terjadi, maka proses terjadinya selalu menurut hukum alam. Permulaan proses adalah sebagai berikut:
Di anngkasa raya terdapat suatu ruang yang berisi macam-macam gas (kabut). Gas yang besar menarik gas yang kecil sehingga terbentuklah kabut yang besar. Dalam proses tersebut terjadi benturan bola-bola gas sehingga timbullah panas. Panas ini menyebabkan perputaran kabut asal. Kabut berputar makin cepat sehingga menjadi dingin. Semakin cepat berputar semakin mendingin. Di bagian katulistiwa terjadilah pemisahan fragmen dari kabut tersebut, fragmen yang dilemparkan keluar medingin, mengembun, mencair dan akhirnya menjadi padat, dan membentuk planet-planet.
2.    Piere Simon Marquis De Laplace, 1749-1827
Pada tahun 1776, seorang filsuf dan matematikawan Perancis     mengutarakan teori terjadinya bumi sebagai berukut:
   Di angkasa terdapat kabut asal yang telah berputar, berpijar dan panas.     Putaran kabut yang berpijar itu perlahan-lahan menjadi dingin. Semakin cepat     berputar gas tersebut semakin mendingin dan menyusut sehingga berbentuklah     menyerupai lingkaran. Semakin cepat putarannya, semkain mendekati equwator.     Karena gaya grafitasi, bentuk fragmen gas di bagian tengah tidak begitu besar     sehingga terjadi perpindahan fragmen.
        Fragmen tersebut berbentuk seperti cincin atau gelas yang bergerak     mengelilingi kabut induknya. Setelah fragmen pertama terlepas dari induknya,     terlepas pula cincin fragmen yang kedua, yang ketiga, dan seterusnya sampai     yang kesembilan. Cincin itu semakin mendingin, menyusut, lalu membentuk     planet. Semuanya mengorbit induknya. Satelit atau bulan yang mengelilingi     planet-planet tersebut terjadi dengan edaran yang sama. Karena kedua teori     tersebut hampir sama isinya dan timbul padat waktu yang persamaan, kedua     teori tersebut dinamakan Teori Kabut Kant-Laplace atau hipotesis Nebula Kant-    Laplace.
3.    Hipotesis Planetesimal
        Lebih kurang 100 tahun setelah teori Kabut Kant-Laplace pada tahun      1905, Thomas. C. Chamberlin (Geologian) dan Forest R. Moulton (Astronom),     dari Chicago, USA. Mengemukakan teori baru yang disebut Teori     Planetesimal.     Yaitu pada awalnya ada matahari kemudian matahri didekati     bintang sehingga terjadi gaya tarik-menarik dan terjadilah peledakan hebat     yang meyebabkan banyak gas mencuat keluar dari atmosfir matahari. Gas     yang     mencuat tersebut berbentuk kabut pilin (spiral) atau mengembun dan     membekumenjadi planetesimal.    
        Planetesimal itu tumbuh terus menaruk bagian-bahgian kecil sehingga     terjadilah satelit atau bulan. Metodologi meteorit yang jatuh ke bumi merupakan     bukti bahwa proses pertumbuhan bumi (dan juga planet-planet) terus tumbuh.
        Ada juga planetesimal yang saling bertubrukan sehingga menghasilkan     panas, dan menyebabkan atmosfir menjadi panas dan plane berotasi. Adapun     orbit yang mengeilingi matahari sudah berlangsung sejak terbentuknya kabut     spiral.     Atmosfir bumi terbetuk ketika bumi mempunyai ukuran setengah dari     ukuran sekarang.
4.    Hipotesi Pasang Surut Gas
    Dua orang ilmuan dari Inggis yaitu Sir James M. Jeans (Astrofisikawan) dan Harold Jeffrey (Geofisikawan) pada tahun 1917 mengemukakan hipotesisnya yang disebut hipotesis pasang surut gas. Teorinya adalah sebagai berikut:
        Sekitar dua miliyar tahun yang lalu matahari didekati oleh sebuahbintang     yang besar (mungkin sebesar matahari), tapi tidak aling bertabarakan. Karena     gas tarik-menarik, terjadinya tonjolan lidah api yang berpijar dan merupakan     gas yang panas. Bintang tersebut menjauh kemudian tonjolan lidah api yang     berpijar dari matahari tersebut lepas dari matahari (dan tidak kembali ke     matahari). Bentuknya seperti cerutu-cerutu yang ujung-ujungnya runcing.         Inilah sebabnya bentuk-bentuknya planet dimulai dari kecil, misalnya     Merkurius, semakain membesar seperti Jupiter dan Saturnus, kemudian     mengecil lagi seperti Pluto, yang merupakan planet terkecil.
        Mula-mula planet tersebut mengorbit matahari dalam bentuk elips, dan     semakin lama dalam bentuk orbitnya mendekati lingkaran. Hal ini     disebabkan     oleh adanya gesekan dengan debu-debu kosmis pada waktu terjaidnya tarik-    menarikantara matahari dan bintang.
        Planet-palent itu sejak awal telah mendingin. Proses mendinginya     berjalan lambat (untuk planet yang besar) dan berjalan cepat (untuk planet     yang     kecil). Pada saat orbit masih berbentuk elips dan ketika planet tersebut dekat     dengan matahari, terjadinya gaya tarik-menarik antara planet dan matahari.     Akibatnya banyak materi yang lepas dari planet dan terjadilah satelit dan     planet. Peristiwa ini proses terjadinya planet.
Acuan Mutakhir
    Pendapt tentang terjadinya tata surya yang paling mutakhir lebih kurang sebagai berikut:
1)    Tata surya terbentuk dari awan gas hidrogen dan debu yang berputar lalu memadat dan menjadi bola dengan suhu yang panas dan bersinar lebih kurang lima miliyar tahun yang lalu. Dan juga karena grafitasi (gaya berat) awan tersebut menyusut. Akibatnya, tekanan dan suhunya bertambah tinggi.
2)    Batuan yang tertua di bumi kira-kira berumur 3, 8 miliyar tahun, tetapi meteorit dan batuan dari bulan ada yang berumur sampai 4, 6 miliyar tahun. Dalam hal ini para geologiwan berpendapat bahwa sesungghnya bumi juga setua itu pula, tetapi tidak ada yang setua meteorit tersebut ada, mungkin karena hancur akibat proses geologis.
3)    Para astronomor berpendapat behwa planet-planet terbentuk dalam awan yang ringan (gas ringan) dan sedikit gas berat yang menjad inti planet tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar