Jumat, 19 November 2010

Manusia dalam Tinjauan Filsafat

Manusia dalam Tinjauan Filsafat
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia "manusia" diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).1 dari sudut antropologi filsafat, hakekat (esensi) manusia diselidiki melalui tiga langkah, yaitu: langkah pertama, pembahasan etimologi manusia yang dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo Saxon, man). Apa arti dasar kata ini tidak jelas, tetapi pada dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin), yang berarti "ada yang berpikir". Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas. Semua antrophos berarti "seseorang yang melihat ke atas". Akan tetapi sekarang kata itu dipakai untuk mengartikan "wajah manusia". Akhirnya, homo dalam bahasa latin berarti ‘orang yang dilahirkan di atas bumi’ (bandingkan dengan kamus).2
Langkah kedua,
pembahasan hakekat manusia dengan indikasi bahwa ia merupakan makhluk ciptaan di atas bumi sebagaimana semua benda duniawi, hanya saja ia muncul di atas bumi untuk mengejar dunia yang lebih tinggi. Manusia merupakan makhluk jasmani yang tersusun dari bahan meterial dan organis. Kemudian manusia menampilkan sosoknya dalam aktivitas kehidupan jasmani. Selain itu, sama halnya dengan binatang, manusia memiliki kesadaran indrawi. Namun, manusia memiliki kehidupan spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak tergantung pada segala sesuatu yang material. 3
Karena itu, pengetahuan ruhani manusia menembus inti yang paling dalam dari bendabenda, menembus eksistensi sebagai eksistensi, dan pada akhirnya menembus dasar terakhir dari seluruh eksistensi yang terbatas: Eksistensi absolut (Mutlak = Allah). Kendati manusia memiliki tipe
Langkah Ketiga,
Menurut filsafat manusia, manusia dipahami secara konseptual sesuai dengan sudut pandang kefilsafatan tertentu. Bahwa manusia adalah
perkembangan universal dari kecendrungan-kecendrungan kodrat manusiawi pada akhirnya akan menuju kepada kemanusiaan yang luhur yang dinyatakan oleh humanisme sebagai tujuan umat manusia, yang merupakan subjek dari proses historis dalam proses perkembangan kultur material dan spiritual manusia di atas bumi. Manusia merupakan manifestasi makhluk bio sosial, wakil dari spesies homo sapiens.5 Menurut Alex MA.,6 "homo sapiens" adalah manusia mempunyai potensi berpikir dan kebijaksanaan. homo mechanicus, homo erectus, homo ludens. Semuanya itu mengenai susunan kodrat kejasmanian. Kemudian dinamakan homo sapiens, animal rationale, animal symbolicum yang menitikberatkan konsepsinya pada susunan kodrat kejiwaan terutama daya cipta. Manusia sebagai homo recentis dan homo volens, yang menitik beratkan pada aspek rasa dan karsa. Semua tesis-tesis ini menyatu sebagai homo mensura dan homo feber, menyatu sebagai homo educandum.7
Di samping susunan kodrat kejasmanian dan kejiwaan, manusia juga makhluk sosial atau
homo economicus dan homo sicius atau dalam artian lain homo viator dan homo religius yang berhubungan dengan kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan. Kesemua istilah itu akan membawa manusia sebagai homo concorus, yaitu makhluk yang siap untuk transformasi diri dan adaptif.8
Dalam kaitan ini Endang Saifuddin Anshari berpendapat sebagai berikut ini:
Manusia adalah hewan yang berpikir. Berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi, pada akhirnya: manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam secara jelas mengetengahkan konsep manusia, menurut Muin Salim pengungkapan manusia dalam al-Qur’an melalui dua pendekatan.
Pertama, dengan menelusuri arti kata-kata yang digunakan al-Quran untuk menunjuk makna manusia Mustafa
(kajian terminologi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar