Pendorong Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis, krisis berarti penentan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Ini berarti manusia yang befilsafat senantiasa meninjau kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau dirinya, misalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema sentral, menunjukkan bahwa ditempat itu (barat) sedang berjangkit suatu krisis yang luar biasa hebatnya (Beeling, 1966:211-12). Bagaimana keadaan krisis itu? Uarian berikut ini meninjau keadaan dunia pada umumnya dan Eropa barat pada khususnya yang merupakan tempat yang bertanggung jawab atas timbulnya filsafat eksistensialisme.
Sifat materialisme ternyata merupkan pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berda di dunia. Manusioa tidak manusia tidak sama denga berdanya pohon tau batu. Untuk menjelaskan arti kata nerda bagi manusi, aliran eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme.
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadp idealisme. Materialisme dan idealisme dalah dua pndangan filsafat tentang hakekt yang ekstrem. Kedu-duanya berisi benih-benih kebenarn, ttetapi kedua-duanya juga salah. Ekeistensialisme ingin mencari jaln keluar dri kedua eksremitas itu. Metrialisme memandang kejasmanian (materi) sebagai keseluruhan manusi, padhal itu hamyalah spek manusia. Materilisme menganggp manusia hanyalh Sesutu yng ada tanpa menjadi subjek. Manusia berfikir, berkesadarn, inilah yang tidak disdari oleh mterilisme. Akan tetapi, sebliknya, aspek ini (berfikir, berkesadaran) dilebih-loebihkan oleh idelisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi menjadi tidak ada berang lain selain pikiran.
Eksistensilisme juga didrong munculnya olah situasi dunia pada umumnya. Disini eksistensilisme lahir sebgai rteaksi terhadap dunia pada umumnyaterutama Eropa barat. Keadaan dunia yang bagaiman? Secara umum dapatlah dikatakn keadan dunia pda waktu itu tidak menetu. Ras takut berkecamuk, terutma terhadap ancaman perang. Tingkal laku manusia telah menimbulkan rasa muak tau mual. Penampilan manusia penuh rhasia, penuh imitasi yang merupakn hasil persetujuan bersam yan palsu yang disebut konvensi atau tradsi. Manusia berpura-pura. Kebencian merajalela. Nilai sedang menglmi krisis, bahkan manusinya sendiri sedng mengalmi krisis. Sementar itu gam di Eropa barat dan ditempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan. Dibebrapa temoat oaring-oarng bergama sendiri justru terlibat dalam krisi itu, bahkan lebih dari itu, mereka ikut memperhebt krisis. Mnausia mnejadi oarng yang gelisah, mersa eksistensinya terancm oleh ulah dirinya sendiri. Pokoknua, manusia benar-benar mengalmi krisis. Dalam keadaan seperti itu, folosof meliht pada dirinya sendiri. Ia mengharap ada pegangan yang dapat menyelamatkan, keluar dari krisis itu. Maka dari prose situ tampillah eksistensialisme yng menjadikan menusia sebagai subyek sekaligus obyek. Manusia dijadikan tema sentral dalam perenungan.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis, krisis berarti penentan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Ini berarti manusia yang befilsafat senantiasa meninjau kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau dirinya, misalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema sentral, menunjukkan bahwa ditempat itu (barat) sedang berjangkit suatu krisis yang luar biasa hebatnya (Beeling, 1966:211-12). Bagaimana keadaan krisis itu? Uarian berikut ini meninjau keadaan dunia pada umumnya dan Eropa barat pada khususnya yang merupakan tempat yang bertanggung jawab atas timbulnya filsafat eksistensialisme.
Sifat materialisme ternyata merupkan pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berda di dunia. Manusioa tidak manusia tidak sama denga berdanya pohon tau batu. Untuk menjelaskan arti kata nerda bagi manusi, aliran eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme.
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadp idealisme. Materialisme dan idealisme dalah dua pndangan filsafat tentang hakekt yang ekstrem. Kedu-duanya berisi benih-benih kebenarn, ttetapi kedua-duanya juga salah. Ekeistensialisme ingin mencari jaln keluar dri kedua eksremitas itu. Metrialisme memandang kejasmanian (materi) sebagai keseluruhan manusi, padhal itu hamyalah spek manusia. Materilisme menganggp manusia hanyalh Sesutu yng ada tanpa menjadi subjek. Manusia berfikir, berkesadarn, inilah yang tidak disdari oleh mterilisme. Akan tetapi, sebliknya, aspek ini (berfikir, berkesadaran) dilebih-loebihkan oleh idelisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi menjadi tidak ada berang lain selain pikiran.
Eksistensilisme juga didrong munculnya olah situasi dunia pada umumnya. Disini eksistensilisme lahir sebgai rteaksi terhadap dunia pada umumnyaterutama Eropa barat. Keadaan dunia yang bagaiman? Secara umum dapatlah dikatakn keadan dunia pda waktu itu tidak menetu. Ras takut berkecamuk, terutma terhadap ancaman perang. Tingkal laku manusia telah menimbulkan rasa muak tau mual. Penampilan manusia penuh rhasia, penuh imitasi yang merupakn hasil persetujuan bersam yan palsu yang disebut konvensi atau tradsi. Manusia berpura-pura. Kebencian merajalela. Nilai sedang menglmi krisis, bahkan manusinya sendiri sedng mengalmi krisis. Sementar itu gam di Eropa barat dan ditempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan. Dibebrapa temoat oaring-oarng bergama sendiri justru terlibat dalam krisi itu, bahkan lebih dari itu, mereka ikut memperhebt krisis. Mnausia mnejadi oarng yang gelisah, mersa eksistensinya terancm oleh ulah dirinya sendiri. Pokoknua, manusia benar-benar mengalmi krisis. Dalam keadaan seperti itu, folosof meliht pada dirinya sendiri. Ia mengharap ada pegangan yang dapat menyelamatkan, keluar dari krisis itu. Maka dari prose situ tampillah eksistensialisme yng menjadikan menusia sebagai subyek sekaligus obyek. Manusia dijadikan tema sentral dalam perenungan.
Syadali, Ahmad dan Mudzaki . Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Tafsir, Ahmd. Filsaft umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Captra. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar